Selasa, 23 April 2013

Penyadap Karet Resah Hadapi Tahun Ajaran Baru

TELUK KUANTAN-Sejak dua bulan terakhir ini, harga karet mengalami penurunan. Kondisi ini sangat berpengaruh pada ekonomi masyarakat Kuantan Singingi yang sebagian besar bergantung pada komoditas tersebut. Terlebih tahun ajaran baru sudah mendekat.

"Entah lah pak, bagaimana caranya nanti, tahun ini anak saya yang paling tua mau melanjutkan ke SMP kalau lulus, dan yang nomor dua mau masuk TK, pastinya perlu biaya yang tidak sedikit, sementara sekarang jangankan menabung untuk persiapan, kebutuhan sehari-hari saja sering ngutang di warung," ujar Iros, ibu rumah tangga asal Taluk Kuantan saat berbincang dengan wartawan beberapa waktu lalu.

Ibu tiga anak yang suaminya sehari-hari berporfesi sebagai petani penyadap karet ini mengaku kalau penghasilan suaminya dari menyadap karet kebun milik kerabatnya itu hanya berkisar Rp 200 ribu satu minggu itu pun kalau tidak ada hujan.

"Sekarang harga karet terus turun, bahkan dua hari lalu kami jual harganya cuma Rp 7000 satu kilo, dalam seminggu itu cuma paling dapat 70 kg, jadi duitnya paling Rp 400 ribu, dibagi dua dengan yang punya kebun tinggal lagi Rp 200 ribu, bayar hutang di kedai dengan hutang sama induk semang, paling 100-150 yang dibawa pulang, Rp. 100 ribu seminggu mau makan apa zaman sekarang ini, yah makanya terpaksa ngutang lagi," ujarnya lirih.

Seharusnya menurut Iros, dalam menghadapi tahun ajaran baru ini dirinya sudah bisa menabung untuk persiapan mulai dari sekarang, tapi dengan kondisi seperti ini ia mengaku tidak bisa.

Terpisah, salah satu induk semang (toke) yang biasa membeli karet masyarakat di Seberang Taluk, Buyung mengakui kalau sejak dua bulan terakhir ini harga karet memang anjlok. "Wah, karam kami pak, sudah 7000 sekarang, kalau udah segini banyak petani yang ngutang,"ujarnya singkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar Anda disini: